Wednesday, April 1, 2020

Contoh Esai dan Kritik Karya Sastra

Esai

Perempuan
Oleh : Salsabila Khoirunisa


Kemilau penghargaan bergengsi Oscar kala ini masih tepat menentukan pilihannya. Puluhan tayangan yang berhasil masuk nominasi harus bersaing dan menunjukkan seberapa pantas karyanya membawa pulang penghargaan Oscar kepada kacamata dunia. Selain genre Horror yang berhasil menginjak kemenangan pertama, ada pula drama yang tak pernah kehilangan peminatnya. Kesederhanaan isi dan gagasan dalam drama Little Women ternyata mampu menyabet keenam nominasi Academy Awards tahun ini. Tidak lain yakni usaha emansipasi wanita dan hak-hak yang ingin diwujudkan untuk perempuan.
Little Women, novel yang terbitnya pun sudah 151 tahun yang lalu –sebuah bukti bahwa karya sastra melankolis masih digemari hingga sekarang. Telah ditotal sebanyak tujuh film sudah diadaptasi dari karya ini. Hampir setiap orang mampu menangkap drama, bahkan drama sendiri sudah dijadikan bahan ajar dalam ruang lingkup pendidikan. Little Women mengambil moral yang cukup penting, terutama bagi kaum hawa. Little Women menggambarkan sosok ‘Kartini’ non-pribumi yang perjuangan beratnya diolah menjadi dua lapisan oleh Greta Gerwig sehingga tidak melelahkan untuk diikuti. Dua lapisan itu menjelaskan peristiwa yang ada di masa lalu dan sekarang.
Novel legendaris Louisa May Alcott itu diterbitkan pertama kali tahun 1868. Filmnya pun pernah terkenal tahun 1994 dan berhasil memenangkan 3 Piala Oscar. Ternyata pada Februari 2020 pun, film ini masih menunjukkan eksistensinya dalam meraih prestasi. Hal yang perlu disorot adalah semangat Meg, Jo, Amy dan Beth selaku anak dari Marmee March dan seorang tentara yang tengah bertempur membela negaranya. Keempatnya memiliki semangat hidup yang berbeda-beda, mereka meyakini akan cita-cita yang perlu dikejar meskipun keterbatasan finansial yang dimiliki keluarganya. Seperti menjadi seorang penulis, pemeran teater, pelukis dan pianis.
Ibunda mereka paham benar akan kebebasan dalam mengenal warna-warni dunia untuk para perempuan. Perempuan bukan mengurung tak berdaya di rumah, tetapi tetap mengarungi manis pahitnya kehidupan. Digambarkan pula perilaku mereka yang terbuka seperti anak laki-laki yang terus berkelahi dan tak mau kalah, tetapi tetap saja bahu-membahu untuk tujuan bersama. Teori Gunarsa (2000:31) tentang keharmonisan keluarga benar-benar tergambar dalam film ini. Dimana semua anggota keluarga bahagia dan menerima keadaan dirinya satu sama lain.
Pada Jo, karakter yang sangat kuat diperlihatkan. Ia adalah matahari dalam keluarga kecil itu. Wanita harus mandiri, hingga ia tak tanggung-tanggung pergi ke New York mengirimkan naskah-naskah novel yang terus ia tulis laksana belahan jiwanya. Disusul dengan Amy yang pada akhirnya berhasil menjadi wanita kaya berkat neneknya. Adik kecil mereka Beth adalah karakter paling lembut dan tutup usia terlebih dahulu karena penyakit yang dideritanya. Meski begitu, sikap optimis dan usahanya untuk sembuh pernah berhasil berkat dorongan Jo.
Perempuan punya hati dan rasa kasih sayang yang kuat. Diperlihatkan pula mereka ikhlas menyumbangkan makanan Natal mereka untuk tetangga miskin di dekat rumahnya. Hal itu menarik perhatian Laurie –tetangga kaya raya yang diam-diam memberi imbalan hidangan yang mewah pada mereka. Bukan tanpa alasan, lambat laun terungkap bahwa Laurie menaruh hati pada Jo. Ketika kakak beradik itu susah payah menikahi pria kaya agar keluar dari pahitnya kemiskinan, Jo justru membuktikan bahwa perempuan memiliki potensi dan ambisi pula untuk berusaha dan hidup dengan hasil jerih payahnya, singkatnya, wanita memiliki kesempatan yang sama dengan kaum pria. Amy terang-terangan menjelaskan bahwa ketika wanita memiliki uang, maka uang itu akan menjadi milik anak atau suaminya ketika sudah menikah. Betapa kecilnya perempuan memegang kendali dalam suatu kehidupan.
Little Women juga menggambarkan mirisnya karya yang jarang diapresiasi sesuai dengan porsinya. Jo dalam menjual naskah-naskahnya sering diupah murah, padahal karya yang ia tulis cukup banyak. Saat mendapat kritik pun, naskah yang ditulis berkiblatkan buku-buku ternama. Tidak jauh berbeda dengan Amy, saat menjalani kursus lukis, ia bingung mengapa orang-orang lebih mengerumuni lukisan yang menurutnya tidak lebih bagus dari miliknya. Sampai akhirnya ia kehilangan mimpi untuk menggelar pameran lukis yang ia dambakan sejak kecil.
Menurut saya, film ini jelas menggenggam teori feminis. Faktanya, perempuan memang bisa berkontribusi dalam kehidupan. Perempuan dimuliakan dalam agama, bukan berarti tidak boleh banyak bergerak, banyak bersuara, dan banyak berpikir. Bahkan kehidupan bisa dikatakan dimulai dari perempuan, ia melahirkan penggerak bangsa. Feminis sendiri tidak akan berjalan jika tidak dibarengi dengan pengaruh kaum pria. Sebagai contoh, seorang ayah keempat anak perempuan itu mengizinkan mereka meninggalkan rumah untuk mencari jati diri –Jo dan Meg bersekolah.
Emma Watson, berperan sebagai Meg yang merupakan anak sulung itu juga pernah memerankan film dengan unsur feminis di dalamnya. Watson memulai karir dari Harry Potter (2001), unsur feminisnya yakni ia merupakan salah satu murid perempuan yang cerdas dan pemberani dalam sekolah sihir di sana. Terbukti dari asrama yang ia masuki, Gryffindor. Beranjak dewasa, ia diminta memerankan Belle di Beauty and the Beast (2017). Belle adalah gadis yang suka membaca buku, ia cukup digemari dan tentunya berusaha mengembangkan diri dengan sikap feminisnya.
Pada akhirnya, feminis harus bisa diterima pada masa sekarang. Apalagi para milenial dengan pikiran kritisnya. Bukan tidak mungkin jika perempuanlah yang kelak memegang kendali perubahan. Tentu dari sekarang, perempuan berbekal diri, agar wawasan, dan kemampuan fisik mampu menggerakkan hak-hak dan bertanggungjawab atas keputusannya. Melalui Little Women, Greta ingin kembali mengingatkan para perempuan untuk terus memantaskan diri dan tidak berbelok atas peran dan niat mulia untuk kebaikan dunia.


Kritik 

Giliran Story of Seth Unjuk Gigi dalam The Rules Series
Oleh : Salsabila Khoirunisa

Novel fiksi merupakan suatu karang yang berisi kisah atau juga cerita yang dibuat dengan berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang (Krismarsanti). Walau berupa khayalan, fiksi tetap harus masuk di akal. Fiksi sendiri memiliki beragam genre, salah satunya fiksi remaja (teenlit). Fiksi remaja memuat kisah yang ringan dengan bahasa sehari-hari. cenderung pendek dengan tema yang disukai para remaja, misalnya horror, romansa, misteri dan petualangan. Tak jarang penulis muda di Indonesia berbondong-bondong menciptakan karangan ringan ini.
Wulanfadi Fatia atau akrab disapa Wulanfadi misalnya. Dalam novel ketujuhnya, ia kembali mengusung novel bertajuk fiksi remaja. Setelah berhasil dengan novel A dan R yang sudah difilmkan, Wulanfadi melanjutkan serial The Rules Series dengan karya Story of Seth. Sebuah novel yang diterbitkan melalui naskah awal yang di pajang di Wattpad. Lagi-lagi mengusung genre fiksi remaja, tentunya dikemas dengan bahasa yang ringan dan kental dengan lingkungan sekolah. Meski mirip dengan cerita yang lain, alur dan konflik pada setiap novelnya dibuat berbeda sehingga mengundang rasa ingin tahu pembaca.
            Lebih dekat dengan novel Matt & Mou yang berlabel Best Seller sebelumnyatokoh yang menjadi lawan main Seth kali ini adalah Mourina, adik dari Mou. Bedanya, Seth ini memiliki latar belakang yang berbeda dengan Matt walaupun masih dalam satu ikatan sahabat dengan Alvaro dan kawan-kawan. Yang paling menonjol dalam novel ini adalah sudut pandang dan gaya bahasa pengarang. Terdapat sudut pandang anonymous yang menarik perhatian pembaca yang pada akhirnya terungkap di bagian akhir cerita. Gaya bahasa yang digunakan cukup banyak menggunakan bahasa Inggris, terbukti dari awal judul novel ini.
            Kisah Seth dan Rina dimulai ketika keduanya mulai bosan untuk menjalin hubungan. Keduanya merasa bahwa hubungan mereka terlalu mudah seperti tidak ada perjuangan. Rina yang selalu kecewa dan Seth yang selalu meminta maaf, begitu saja hingga mereka memutuskan untuk menguji hubungan mereka. Rina yang lebih dirugikan ternyata berhadapan langsung dengan Qwerty –pria yang dibencinya. Sementara Seth mendapat giliran The Rules dari teman-temannya yang ternyata membuat sulit hubungan yang sedang mereka uji.
            Lama kelamaan Rina menerima Qwerty sebagai balas budi telah membantu menerbitkan Band-nya. Sedangkan Seth mulai dekat dengan Lhara, gadis yang tidak sengaja ditemuinya di toilet sekolah. Seth tidak suka Rina berdekatan dengan lelaki itu, siapa saja asal bukan Qwerty. Sedangkan Rina tidak habis pikir dengan permainan Seth yang bertaruh wanita, kala itu Lhara. Keputusan mereka untuk menguji hubungan, semakin jauh dari titik terang.
            Konflik yang disajikan terus bertambah dalam alur hingga puncaknya adalah Ayah Seth dan Ibu Rina yang akan menikah, yang mana membuat Seth dan Rina menjadi saudara tiri. Novel ini pun memiliki plotwist yang tidak mudah ditebak, menjadi ciri khas dari serial The Rules milik Wulanfadi. Meski berakhir bahagia, novel ini memiliki banyak kritikan dari para pembacanya. Diantaranya adalah konflik dan penyelesaian cerita yang kurang realistis. Orangtua Rina dan Seth ternyata merencanakan pernikahan palsu, hal itu dibuat agar hubungan yang mereka uji benar-benar berjalan dengan baik. Ternyata pembaca kurang menyukai akhir cerita seperti itu.
            Sudut pandang anonymous juga dirasa kurang pas dan agak membingungkan jika dihubungkan dengan siapa tokoh akhir dibalik pelaku tersebut. Tokoh tersebut diterka sebagai antagonis tetapi aslinya protagonis. Namun begitu, kelebihan novel ini tetap ada. Walau berbentuk fiksi remaja dan kental dengan romansa, novel ini juga menekankan nilai moral dan sosial yang tinggi. Contohnya adalah berbakti pada orangtua, mengasihi anak yatim, dan masih banyak lagi.
            Novel ini juga diwarnai dengan persahabatan yang diimpikan para remaja. Yang mana nampak rukun, humoris, dan saling bantu. Para pembaca pun dapat langsung jatuh hati dengan sosok Seth yang berusaha romantis pada lawan mainnya. Meski terbilang ringan, emosi para pembaca juga bisa naik turun pada saat-saat tegangnya Seth dan Alvaro berkelahi dan bagian Seth yang tak kunjung datang di konser berharga Rina. Novel ini dipastikan mampu menghilangkan rasa bosan.
            Latar yang dilukis mudah terbayang oleh pembaca. Contohnya sekolah, taman, studio musik, dan masih banyak lagi. Wulan memang menargetkan para pelajar yang membacanya, tentu saja tempat yang dikunjungi langsung mudah dipahami oleh mereka. Konflik yang cukup banyak tadi juga membuat novel ini dinamis dan tidak monoton. Di dukung dengan beberapa dialog jenaka, pembaca bisa memetik bahan untuk gurauan dengan temannya.
            Amanat yang disajikan dapat tertuang dari nilai-nilai yang terkandung dari novel. Hal yang ditekankan adalah hubungan baik dengan keluarga, teman, pasangan, dan orang sekitar. Menghargai dari mana kita berasal, walau dari panti asuhan sekalipun. Sikap sabar, saling percaya, jujur, dan tepat janji juga sangat jelas digambarkan dalam novel ini. Dengan begitu remaja yang penuh dengan kebebasan mencari jati diri, diarahkan untuk tumbuh dewasa dengan karakter yang melapisi Story of Seth ini.



Itulah contoh Esai dan Kritik Karya Sastra, semoga bermanfaat bagi kita semua, aamiin. Terimakasih atas kunjungannya. Maaf masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang membangun dengan senang hati saya terima.